Di tengah banjir informasi di media sosial, ada satu tren yang makin menonjol: konten cepat, receh, bahkan absurd lebih disukai dari pada konten edukatif. Entah itu video editan kartun yang muter tanpa makna, suara remix aneh, atau meme random ala “brainrot”, semuanya mendominasi FYP. Tapi kenapa ya bisa begitu?
1. Algoritma Lebih Suka yang Singkat & Menghibur
Platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts punya satu tujuan: bikin kamu betah scroll. Konten berdurasi 5-15 detik yang langsung lucu, aneh, atau bikin kaget, lebih gampang bikin orang stay. Konten edukasi yang butuh perhatian lebih lama sering kalah dalam persaingan.
Singkat, padat, dan kadang nggak masuk akal, tapi bikin penasaran.
2. Otak Kita Capek, Butuh Hiburan Instan
Setiap hari kita dijejali notifikasi, pekerjaan, tugas, drama online, dan tekanan hidup. Nggak heran kalau akhirnya otak kita cari “pelarian” yang ringan. Konten edukatif itu penting, tapi sering dianggap “berat” dan butuh energi untuk dicerna.
Konten “garing” justru jadi pengalihan sempurna dari hidup yang terlalu serius.
3. Budaya FOMO: Takut Ketinggalan Tren
Nggak ngerti tren brainrot terbaru? Nggak tahu “suara lucu kucing remix” yang lagi viral? Bisa-bisa kamu dibilang kudet. Jadi, demi eksistensi dan bisa nyambung ngobrol, orang-orang lebih milih nonton (dan ikut-ikutan) konten viral meski absurd.
Edukasi kalah pamor karena nggak semua orang mau terlihat “pintar”, tapi semua orang pengen terlihat up-to-date.
4. Mudah Dibuat, Mudah Viral
Bikin konten edukatif butuh riset, struktur, dan penyampaian yang menarik. Sementara itu, video random absurd bisa jadi viral hanya dengan editan dadakan dan ide nyeleneh. Karena lebih cepat dan simpel, makin banyak yang bikin. Makin banyak yang bikin, makin sering muncul di timeline.
Jadi, Haruskah Kita Menyerah pada Konten Garing?
Nggak juga. Justru ini bisa jadi tantangan buat para kreator: gimana caranya bikin edukasi tetap seru dan relevan dengan cara yang cepat dan ringan. Mungkin bukan “konten panjang dan berat” yang harus kita pertahankan, tapi cara menyampaikan informasi yang harus diubah.
Edukasi bisa tetap hidup, asal tahu cara nyusup ke algoritma.
Konten cepat & garing memang menghibur. Tapi jangan sampai kita cuma konsumsi yang itu-itu aja. Sesekali, kasih juga asupan buat otak: nonton konten edukatif, baca artikel panjang, atau dengerin podcast yang bikin mikir. Karena pada akhirnya, yang viral boleh receh, tapi yang bertahan biasanya yang berisi.