TikTok sedang diwarnai oleh tren absurd bernama brainrot. Video hiu berseragam sekolah, kartun aneh yang berputar tanpa konteks, atau suara remix tanpa arah—semua masuk ke kategori ini. Lucu? Iya. Tapi apakah ini hiburan sehat atau pertanda ada yang salah dengan cara otak kita bekerja? Kalau kamu belum tahu apa itu brainrot, kamu bisa cek juga
Pernah nggak sih kamu ngerasa aneh sendiri karena ngakak nonton video absurd berdurasi 7 detik? Atau merasa tenang cuma dengan lihat karakter kartun joget-joget dengan backsound remix yang nggak nyambung sama sekali? Kalau iya, bisa jadi kamu udah terpapar yang namanya konten brainrot—fenomena digital yang belakangan ini makin marak di TikTok, YouTube Shorts, hingga Instagram
Pernah nggak sih kamu scroll TikTok atau Twitter selama berjam-jam, padahal isinya cuma berita buruk, keluhan, atau bahkan video absurd yang bikin otak kerasa “kosong”? Kalau iya, selamat datang di dunia doomscrolling kebiasaan konsumsi konten negatif tanpa henti yang bikin otak kita kecanduan rasa cemas. Apa Itu Doomscrolling? Doomscrolling adalah kebiasaan terus-menerus membaca atau menonton
Di tengah banjir informasi di media sosial, ada satu tren yang makin menonjol: konten cepat, receh, bahkan absurd lebih disukai dari pada konten edukatif. Entah itu video editan kartun yang muter tanpa makna, suara remix aneh, atau meme random ala “brainrot”, semuanya mendominasi FYP. Tapi kenapa ya bisa begitu? 1. Algoritma Lebih Suka yang Singkat
“Supaya otak nggak terus-terusan ‘nge-lag’ gara-gara konten brainrot” Pernah nggak sih, niatnya cuma scroll TikTok 5 menit, eh tau-tau udah sejam lebih nonton video absurd yang bahkan kamu sendiri nggak ngerti kenapa kamu nonton itu? Selamat datang di era konten brainrot—video pendek, cepat, receh, tapi bikin kecanduan. Kondisi ini bikin banyak anak muda dan remaja